CHLOEPEDIA-- Label,penelusuran,tag,hasil,result,hasil
penelusuran.hasil result : METODE PENELITIAN HERPETOFAUNA (part 4)
.........................................................
METODE PENELITIAN HERPETOFAUNA
............................................................
Label,penelusuran,tag,hasil,result,hasil penelusuran.hasil
result,search,result.search result :
H,M,P,metode,penelitian,Herpetofauna,biodiversity ,tugumuda
reptiles community,kse,komunitas satwa eksotik,sahabat si komo,chloe ardella
raisya putri kamarsyah,prianka putri,aldhika budi pradana
............................................................
Label,penelusuran,tag,hasil,result,hasil penelusuran.hasil
result ,search,result.search result :
H,M,P,metode,penelitian,Herpetofauna,herpetology,biodiversity,keanekaragaman
hayati,flora,fauna,konservasi,habitat,komunitas,reptil,satwa.t-rec,tugumuda
reptiles community,kse,komunitas satwa eksotik,sahabat si komo,on line,chloe
ardella raisya putri kamarsyah,priankaputri,aldhika budi pradana
................................................................
Hanya
berusaha merangkum segala sesuatu yang berhubungan dengan metode penelitian
herpetofauna dari sumber sumber yang ada
di pencarian google search , semoga dapat membantu dan bermanfaat
Just trying to summarize everything connected with metode penelitian herpetofauna from existing sources in the google search engine, may be helpful and useful
.................................................................
BERMANFAAT UNTUK ANDA
?????....BANTU KAMI DENGAN BER DONASI UNTUK KELANGSUNGAN CHLOEPEDIA ATAU
MENJADI VOLUNTEER UNTUK KAMI...(+62)85866178866 ( whatsapp only )
Link chloepedia :
Herpetofauna 1
herpetofauna 2
herpetologi 1
herpetologi 2
herpetologi 3
herpetologi 4
herpetologi 5
herpetologi 6
amelanistic-amelanistik-amel-amelanism-1
amelanistic-amelanistik-amel-amelanism-2
Metode penelitian herpetofauna
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI HEWAN
II
LAPORAN
PRAKTIKUM LAPANGAN
KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI HEWAN
KEANEKARAGAMAN
DAN KLASIFIKASI HEWAN DI AREAL PERSAWAHAN PIYUNGAN, PANTAI BARON DAN PANTAI
SUNDAK
Disusun oleh :
Nama :
Heni Setyawati
NIM :
12008087
Kelompok :
VI (Enam)
Asisten :
Nur Rahmah Hidayati
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan penelitian
dengan judul “Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan di Areal
Persawahan Piyungan, Pantai Baron dan Pantai Sundak” disusun sebagai
tugas akhir praktikum Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II di Laboratorium
Biologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Telah disetujui dan disahkan oleh
asisten pembimbing pada tanggal : 30 Mei 2014.
Yogyakarta, 30 Mei 2014
Mengetahui
Asisten
Pembimbing Praktikan
( Nur Rahmah
Hidayati) (
Heni Setyawati )
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI HEWAN
II
LAPORAN
PRAKTIKUM LAPANGAN
KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI HEWAN
KEANEKARAGAMAN
DAN KLASIFIKASI HEWAN DI AREAL PERSAWAHAN PIYUNGAN, PANTAI BARON DAN PANTAI
SUNDAK
Disusun oleh :
Nama : Heni Setyawati
NIM : 12008087
Kelompok : VI (Enam)
Asisten : Nur Rahmah Hidayati
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan penelitian dengan judul “Keanekaragaman dan
Klasifikasi Hewan di Areal Persawahan Piyungan, Pantai Baron dan Pantai Sundak” disusun sebagai tugas akhir praktikum
Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II di Laboratorium Biologi Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta. Telah disetujui dan disahkan oleh asisten pembimbing
pada tanggal : 30 Mei 2014.
Yogyakarta, 30 Mei 2014
Mengetahui
Asisten
Pembimbing Praktikan
( Nur Rahmah Hidayati) ( Heni Setyawati )
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur saya ucapkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
laporan resmi praktikum lapangan Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II yang
berjudul “Keanekaragaman
dan Klasifikasi Hewan di Areal Pesawahan Piyungan, Pantai Baron dan Pantai
Sundak” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun
sebagai syarat untuk mengikuti responsi dan merupakan tugas akhir praktikum
Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II.
Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada beberapa
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya yaitu :
1. Agung Budiantara, M.Si. dan Hendro Kusumo Eko Prasetyo
Moro, M.Sc. selaku dosen pengampu Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II
2. Nur Rahmah Hidayati selaku asisten pembimbing
praktikum Keanekaragaman
dan Klasifikasi Hewan II
3. Teman-teman khususnya khususnya prodi Pendidikan Biologi
kelas B yang telah membantu sehingga
laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang mendukung dan membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................
Halaman
Pengesahan................................................................................
Kata
Pengantar......................................................................................
Daftar
Isi...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Rumusan
Masalah..................................................................
C. Tujuan........................................................................................
D. Deskripsi
Lokasi........................................................................
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA................................................................
A. Phylum
Porifera..............................................................................
B. Phylum
Mollusca............................................................................
C. Phylum
Echinodermata.....................................................................
D. Phylum
Annelida..........................................................................
E. Phylum
Coelenterata........................................................................
F. Phylum
Chordata...................................................................
G. Phylum
Arthropoda...................................................................
H. Superkelas
Pisces...........................................................................
I. Amfibi............................................................................................
J. Reptil.............................................................................................
BAB III METODE
PENELITIAN...........................................................
A. Alat dan
Bahan......................................................................
B. Cara
Kerja.........................................................................................
1. Persawahan
Piyungan...................................................................
2. Pantai
Sundak..........................................................................
3. Pantai Baron..............................................................................
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN...................................................
A. Kemelimpahan Hewan di
Persawahan Piyungan.................................
1. Insecta........................................................................................
2. Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Crustacea, Myriapoda dan
Arachnida.........................................................
3. Amfibi dan
Reptil..............................................................
B. Kemelimpahan Hewan di
Persawahan Baron....................................
1. Pisces...............................................................................
2. Crustacea..................................................................
3. Mollusca...............................................................................
C. Kemelimpahan Hewan di
Pantai Sundak........................................
1. Pantai
Sundak..........................................................................
BAB V
KESIMPULAN..............................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan
negara kepulauan yang memiliki letak wilayah strategis. Dimana di setiap
wilayahnya terdapat banyak sekali keanekaragaman hayati yang hidup.
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi.
Keanekaragaman hayati
terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu keanekaragaman gen,
keanekaragaman jenis dan keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman ekosistem
inilah yang akan dikaji lebih lanjut. Seperti ekosistem sawah dan pantai.
Avertebrata atau
Invertebrata terdiri dari beberapa phylum, yaitu Porifera (hewan berpori),
Coelenterata (hewan rongga perut), Platyhelminthes (cacing pipih),
Nemathelminthes (cacing gilik), Annelida (cacing berbuku-buku), Echinodermata
(hewan kulit duri), Mollusca (hewan lunak), dan Arthropoda (hewan kaki berbuku-buku).
Untuk memenuhi
kebutuhan informasi mengenai habitat dan persebaran serta keanekaragaman hewan
avertebrata yang ada di lingkungan sekitar, maka kami melakukan observasi
lapangan hewan avertebrata dan vertebrata. Dengan tujuan untuk memudahkan
mahasiswa (praktikan) dalam mengenal berbagai macam bentuk keanekaragaman hewan
avertebrata dan vertebrata yang berada di darat maupun di laut, dan menentukan
kedudukannya dalam klasifikasi. Obervasi dilakukan pada hari Kamis, tanggal 15
Mei 2014 yang bertempat di daerah Persawahan Piyungan, Pantai Baron dan Pantai
Sundak Gunung Kidul, Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
diadakannya praktikum lapangan Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II ini
antara lain :
1. Bagaimana tingkat
keanekaragaman hewan yang ada di area Persawahan Piyungan ?
2. Bagaimana tingkat
keanekaragaman hewan yang ada di area Pantai Baron ?
3. Bagaimana tingkat
keanekaragaman hewan yang ada di area Pantai Sundak ?
4. Apa saja faktor yang
menyebabkan tingkat keanekaragaman hewan yang ada di area Persawahan Piyungan,
Pantai Baron dan Pantai Sundak ?
C. Tujuan
Adapun tujuan
diadakannya praktikum lapangan Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II ini
antara lain :
1. Mengetahui tingkat
keanekaragaman hewan yang ada di area Persawahan Piyungan.
2. Mengetahui tingkat
keanekaragaman hewan yang ada di area Pantai Baron
3. Mengetahui tingkat
keanekaragaman hewan yang ada di area Pantai Sundak
4. Mengetahui faktor yang
menyebabkan tingkat keanekaragaman hewan yang ada di area Persawahan Piyungan,
Pantai Baron dan Pantai Sundak.
D. Deskripsi Lokasi
Praktikum lapangan
Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II di lakukan di tiga lokasi yaitu
Persawahan Piyungan, Pantai Baron, dan Pantai Sundak.
1. Persawahan Piyungan
Piyungan merupakan
lingkungan persawahan yang sebagian besar daerah tersebut ditumbuhi oleh
tanaman padi, daerah tersebut digunakan oleh penduduk sekitar untuk bercocok
tanam atau bertani. Karena Piyungan merupakan lingkungan persawahan, maka
disana banyak dijumpai hewan-hewan seperti Insecta, Reptilia,
Amfibi, Molusca, tetapi yang mendominasi
adalah Phylum Arthropoda, kesemua hewan ini hidup
bersama-sama dalam suatu ekosistem.
2. Pantai Baron
Pantai Baron terletak
di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, sekitar 20 km arah selatan kota
Wonosari (40 km dari kota Yogyakarta). Seperti halnya beberapa pantai lain di
selatan Pulau Jawa, kondisi Pantai Baron yang memungkinkan para nelayan
berlabuh dengan hasil tangkapan dari laut. Seperti ikan, sehingga di sana
banyak pelelangan ikan seperti ikan tongkol, kakap, pari dan lain-lain. Serta
hewan laut lainnya (undur-undur, kerang, cumi-cumi, udang dan kepiting).
3. Pantai Sundak
Pantai Sundak
berlokasi di desa Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul, Jogjakarta. Pantai Sundak
berada di ujung paling timur deretan pantai-pantai Baron, Krakal, Kukup. Pantai
ini memang relatif alami, cantik dengan dominasi laut berwarna biru dan pasir
pantai yang berwarna putih. Di pantai ini banyak ditemukan Invertebrata yang
tergolong ke dalam Phylum Echinodermata, Chordata, Cnidaria, Annelida,
Porifera, Mollusca, dan Crustacea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi adalah
penggolongan aneka jenis hewan atau tumbuhan kedalam golongan-golongan
tertentu. Golongan-golongan ini disusun runtut sesuai dengan tingkatannya
(hierarkinya), yaitu dimulai dari tingkatan yang lebih kecil hingga ketingkatan
yang lebih besar. Ilmu yang mempelajari prinsip dan cara mengelompokkan mahluk
hidup kedalam golongannya disebut taksonomi atau sistematik (Sulistyorini,
2009).
Hewan invertebrata
adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi
dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan punggung /
bertulang belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah
lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Avertebrata dibagi menjadi 9
filum yaitu Protozoa, Porifera, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida,
Mollusca, Arthropoda dan Echinodermata (Romimohtarto, 2007).
A. Phylum Porifera
Porifera merupakan hewan yang berpori dan sering juga
disebut hewan berongga karena seluruhn tubuhnya dipenuhi oleh lubang-lubang
kecil yang disebut pori. Spons terdiri dari dua lapisan sel dengan
selapis bahan seperti jeli (mesogle) yang terdapat di antara kedua
lapisan tersebut. Sel-sel dari lapisan dalam mempunyai flagel yang
menyebabkan adanya arus air, sel-sel ini memakan partikel-partikel makanan yang
telah disaring. Bentuk tubuh spons yang didukung oleh rangka yang terdiri
dari spikula yang dibentuk oleh sel-sel yang tersebar didalam mesoglea,
spikula cukup keras yang tersusun dari sel ikat atau zat kapur (Kimball,
2000).
Porifera mempunyai
3000 spesies dan secara umum hidupnya dilaut dangkal sampai
kedalaman 5 km. dari 3000 ribu spesies yang dikenal hanya 150
spesies yang hidup di air tawar sampai kedalaman 2 meter dan jarang lebihn dari
4 meter yang biasanya hidup pada air jernih dan tenang. Dilaut jenis
calcarea umumnya terbatas pada daerah pantai dangkal (Sugiarti,
2004).
Reproduksi porifera
berlangsung secara aseksual dengan membentuk kuncup, yaitu pertama arkeosit
mengumpulkan nutrien dengan memfagosit sel lain untuk dikumpulkan dalam rongga
tubuh. Sel tersebut kemudian mengelilingi serat kumpulan cluster dan
kapsul yang mengelilinginya. Pada kondisi yang tepat sel
meninggalkan gemmulae dan keluar melalui lubang membentuk spons baru. seksual
dengan pertemuan ovum dan sperma. Perkembangan secara generatif
berlangsung dengan terjadinya peleburan sel kelamin jantan dan
betina yang menghasilkan zigot berkembang menjadi larva yang
kemudian menghasilkan spons dewasa yang berkelamin satu atau hermaprodit
(Kimball, 2000).
Makanan Porifera
berupa zat-zat organik dan semua organisne kecil seperti palankton. Porifera
tidak mempunyai alat pencernaan khusus, system pencernaannya bersifat
intraseluler. Zat makanan yang diambil oleh sel-sel koanosit yang
diteruskan ke spongosoel mengikuti aliran air ke oskulum (Brotowidjoyo, 2004).
Secara ekonomis
Porifera tidak banyak memberikan keuntungan pada manusia, namun diantara
beberapa porifera ada yang menguntungkan yaitu spons yang berspikula dapat
di manfaatkan sebagai alat untuk membersihkan badan (Kimball, 2000).
B. Phylum Mollusca
Mollusca merupakan
salah satu anggota hewan invetebrata. Anggota phylum ini antara lain remis,
tiram, cumi-cumi, octopus, dan siput. Berdasarkan kelimpahan spesiesnya
Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping
Arthropoda. Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah, tubuhnya
bersimetris bilateral, tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora, memiliki kepala
yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan
ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk
begerak, dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadi satu pasang atau sepasang
lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang
dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang (Jasin, 1992).
Lubang anus dan
eksketori umumnya membuka ke dalam rongga mantel. Saluran pencernaan berkembang
baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya mengandung radula berbentuk seperti
proboscis. Esophagus merupakan perkembangan dari stomodeum yang umumnya
merupakan daerah khusus untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah
pertengahan saluran pencernaan terdapat ventrikulus (lambung) dan sepasang
kelenjar pencernaan yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri
atas usus panjang yang terakhir dengan anus. Memiliki sistem peredaran darah
dan jantung. Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel. Meskipun memiliki
pembuluh darah namun darah biasanya mengalami sirkulasi ruang terbuka. Darah
mengandung homosianin, merupakan pigmen respirasi (Jasin, 1992).
Mollusca memiliki
rumah secara umum berbetuk spesial. Kaki untuk merayap. Bentuk kepala jelas,
dengan tentakel dan mata. Dalam ruang bukal (pipi) terdapat radula (pita
bergigi). Pernapasan dengan insang, paru-paru atau keduanya. Hidup di laut, air
tawar, dan darat. Memiliki kelamin terpisah, atau hermaprodit, ovipar atau
ovovivipar. Contoh : bekicot (Helix aspersa), siput laut (Fissurella sp)
dan siput air tawar (Lymnaea sp) tidak semua hewan Mollusca
memiliki cangkok. Anggota jelas Aplacophora tidak memiliki cangkok, sedangkan
kelas Chepalopoda juga tidak memiliki cangkok atau jika ada mereduksi. Pada
Mollusca lainnya cangkok terlihat nyata dan berfungsi penting yaitu penyokong
tubuh Mollusca yang lunak dan menjaga dari serangan predator (Jasin, 1992).
Mollusca merupakan
filum terbesar dari kingdom animalia. Mollusca dibedakan menurut tipe kaki,
posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda.
Yang pertama yaitu, Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster =perut, podos=kaki)
adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya.
Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica),
dan bekicot (Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar
dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan
kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang
tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk
mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai
alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan
Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel (Jasin, 1992).
Mollusca (dalam bahasa
latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak.
Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak
bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan bentuk
mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter
dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang
panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa. Mollusca hidup secara
heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme.
Habitatnya di air tawar, di laut dan di darat. Beberapa juga ada yang hidup
sebagai parasit (Lahay, 2009).
Reproduksi umumnya
Mollusca menguntungkan bagi manusia, namun ada pula yang merugikan. Peran
Mollusca yang menguntungkan adalah sebagai sumber makanan berprotein tinggi, misalnya
tiram batu (Aemaeba sp.), kerang (Anadarasp.), kerang hijau
(Mytilus viridis ), sotong (Sepia sp.) cumi-cumi (Loligo sp.),
remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatina fulica).
Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada margaritifera) (Lahay,
2009).
C. Phylum Echinodermata
Echinodermata berasal
dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma artinya kulit. Secara umum
Echinodermata berarti hewan yang berkulit duri. Dalam ekosistem Echinodermata
berkedudukan sebagai hewan pemakan bangkai, semua jenisnya mempunyai habitat di
dalam air laut. Pada hewan dewasa simetri tubuhnya radial sedangkan saat masih
larva simetri tubuhnya bilateral. Pergerakan hewan ini menggunakan sistem
pembuluh air atau disebut dengan sistem ambulakral (gerakan menggunakan kaki
ambulakral) (Romimohtarto, 2005).
Sistem ambulakral
berupa celah insang atau saluran air yang dinamakan madreporit yang berupa
saluran batu atau saluran cincin. Sistem saraf terdiri dari cincin saraf. Organ
pernafasan dan ekskresi dinamakan papula (Romimohtarto, 2005).
Phylum Echinodermata
dibagi menjadi 5 kelas yaitu :
1. Asteroidea (Bintang
Laut)
Mempunyai lengan
sebanyak 5 buah atau kelipatan 5. Pada lengannya terdapat duri-duri tumpul yang
berbentuk seperti catut yang disebut pediselaria. Contohnya Linkia sp.
Bintang laut hidup di dasar perairan yang berbatu karang. Hewan ini bergerak
lambat menggunakan deretan kakinya yang berbentuk tabung penghisap kecil.
Bintang laut termasuk hewan karnivora, makanannya adalah hewan kecil lain seperti
kerang, koral dan ikan-ikan kecil. Bintang laut berkembang biak secara
fertilisasi internal dengan cara mengeluarkan sel telur dan sperma dalam jumlah
banyak ke air laut. Setelah pembuahan terjadi larva melayang terbawa arus
sekitar dua bulan sebelum berkembang menjadi bintang laut dewasa (Romimohtarto,
2005).
2. Echinoidea (Landak
Laut)
Echinoidea berbentuk
bola atau pipih, tanpa lengan.Echinoidea yang berbentuk bola misalnya bulu babi
(Diadema saxatile) dan landak laut (Arabcia punctulata). Permukaan
tubuh hewan ini berduri panjang. Echinoidea memilki alat pencernaan khas, yaitu
tembolok kompleks yang disebut lentera aristoteles. Fungsi dari tembolok
tersebut adalah untuk menggiling makanannya yang berupa ganggang atau sisa-sisa
organisme. Echinoidea yang bertubuh pipih misalnya dolar pasir (Echinarachnius
parma). Permukaan sisi oral tubuhnya pipih, sedangkan sisi aboralnya agak
cembung.Tubuhnya tertutupi oleh duri yang halus dan rapat. Durinya berfungsi
untuk bergerak, menggali, dan melindungi permukaan tubuhnya dari kotoran. Kaki
ambulakral hanya terdapat di sisi oral yang berfungsi untuk mengangkut makanan
(Romimohtarto, 2005).
3. Ophiuroidea (Bintang
Ular)
Ophiuroidea terdiri
dari 2.000 spesies, contohnya adalah bintang ular (Ophiothrix). Ophiuroidea
(dalam bahasa yunani, ophio = ular) berbentuk seperti Asteroidea, namun
lengannya lebih langsing dan fleksibel. Ophiuroidea tidak memiliki anus dan
gerakannya sangat cepat contoh : Ophiopholis sp. Cakram
pusatnya kecil dan pipih dengan permukaan aboral (dorsal) yang halus atau
berduri tumpul. Cakram pusat berbatasan dengan lengan-lengannya. Hewan ini pun
juga dapat beregenerasi (Campbell et al. 2005).
4. Crinoidea (Lili Laut)
Hewan ini berbentuk
seperti tumbuhan. Crinoidea terdiri dari kelompok yang tubuhnya bertangkai dan
tidak bertangkai. Kelompok yang bertangkai dikenal sebagai lili laut, sedangkan
yang tidak bertangkai dikenal sebagai bintang laut berbulu. Contoh lili laut
adalah Metacrinus rotundus dan bintang laut berbulu adalahOxycomanthus
benneffit dan Ptilometra australis. Lili laut menetap di
kedalaman 100 m atau lebih. Sedangkan yang berbulu hidup di daerah pasang surut
sampai laut dalam. Lengannya yang berjumlah banyak mengelilingi bagian kaliks
(dasar tubuh). Pada kaliks terdapat mulut dan anus. Jumlah lengan kelipatan
lima dan mengandung cabang-cabang kecil yang disebut pinula. Sistem ambulakral
tidak memiliki madreporit dan ampula. Crinoidea adalah pemakan cairan, misalnya
zooplankton atau partikel makanan. Permukaan oral Lili laut menghadap ke atas
sehingga (berbeda dengan echinodermata lainnya) (Campbell et al.
2005).
5. Holothuroidea
(Teripang atau Mentimun Laut)
Contoh hewan ini
adalah Holothuria sp. Hewan ini termasuk invertebrata air laut
yang memiliki daya regenerasi sangat besar dan mempunyai daur hidup selama 5-10
tahun. Hewan ini tidak berlengan dan anus terdapat pada kutub yang berlawanan
dari tubuhnya. Daerah ambulakral dan inter-ambulakral tersusun berselang-seling
di sepanjang tubuhnya. Alur ambulakral tertutup, madreporit terdapat di rongga
tubuhnya. Sebagian kaki ambulakral termodifikasi menjadi tentakel oral. Sistem
respirasinya disebut pohon respirasi, karena sistem tersebut terdiri dari dua
saluran utama yang bercabang pada rongga tubuhnya. Keluar dan masuknya air
melalui anus (Campbell et al. 2005).
Semua anggota filum
ini hidup di air laut, mempunyai kulit berduri dan simetri radial dan bergerak
lamban dengan bantuan kaki tabung, perluasan dan penciutan dilakukan oleh
gerakan air laut ke dalam dan ke luar dari sistem pembuluh air (Romimohtarto,
2005).
D. Phylum Annelida
Annelida berbeda
dengan kelompok-kelompok cacing yang lain dalam hal-hal berikut:
1. Tubuhnya dibagi ke
dalam satu deretan memanjang ruas-ruas serupa yang juga disebut metamer (metamere)
atau somit (somites), yang kelihatan dari luar dan karena adanya
cekungan yang mengelilingi tubuh dan kelihatan dari dalam karena adanya sekat
yang dinamakan septa atau sekat,
2. Rongga tubuh antara
saluran pencernaan dan dinding tubuh merupakan rongga tubuh yang sebenarnya,
3. Hewan ini mempunyai
satu ruas pra-oral yang dinamakan prostomium,
4. Sistem saraf terdiri
dari satu pasang ganglia pra-oral dorsal, otak, dan satu pasang benang saraf
ventral khas dengan satu pasang ganglia dalam setiap ruas, dan
5. Kutikula bukan dari
bahan kitin (Rohmimohtarto 2007).
Cacing tanah merupakan
salah satu ragam yang istimewa di antara Annelida. Apendiks-apendiksnya hanya
berwujud rambut-rambut kaku yang kecil. Cacing tanah tidak mempunyai insang,
tetapi mengisap oksigen melalui kulitnya yang basah dari celah-celah di dalam tanah.
Cacing tanah tidak mempunyai rahang. Cacing tanah mengeluarkan lendir yang
melicinkan jalannya menembus tanah. Pendek kata, dalam banyak hal cacing tanah
menunjukkan adaptasi terhadap kehidupan di dalam tanah. Annelida yang istimewa
lainnya ialah lintah dan pacet. Keduanya hidup dengan menghisap darah hewan
lain. Lintah dan pacet mempunyai segmentasi seperti Annelida biasa, tetapi
tubuhnya pipih dan tidak mempunyai apendiks-apendiks (Sastrodinoto 1998).
Beberapa hewan
Annelida akuatik berenang untuk mencari makan, tetapi sebagian besar tinggal di
dasar dan bersarang di dalam pasir dan endapan lumpur, cacing tanah, tentunya,
merupakan pembentuk sarang dalam lubang. Kelas cacing bersegmen ini meliputi
cacing tanah dan berbagai spesies akuatik. Cacing tanah memakan tanah untuk
membuat lubang jalan melalui tanah, dan mengekstraksi nutrient sementara tanah
dilewatkan melalui saluran pencernaan. Bahan-bahan yang tidak tercerna,
tercampur dengan mucus yang disekresikan ke dalam saluran pencernaan, dikeluarkan
sebagai kotoran melalui anus. Petani menghargai cacing tanah karena hewan
tersebut mengolah tanah, dan kotorannya memperbaiki kotoran tanah (Campbell
2003).
E. Phylum Coelenterata
Coelenterata berasal
dari bahasa Yunani yaitu coilos yang berarti rongga dan
enteron yang berarti usus. Jadi Coelenterata dapat diartikan sebagai hewan yang
memiliki rongga yang berfungsi sebagai usus. Nama Filum Coelenterata lebih
sering dikenal sebagai Cnidaria. Cnidaria berasal dari bahasa Yunani
yaitu cnido yang berarti penyengat karena hewan ini memiliki
sel penyengat (Pandhu, 2010).
1. Ciri – Ciri
Filum Coelenterata memiliki beberapa
ciri khusus yaitu:
a. Merupakan Hewan
multiseluler Invertebrata.
b. Habitatnya di laut
atau air tawar.
c. Struktur tubuhnya
radial simetri .
d. Memiliki sel-sel
knidosit / knidoblast yang berisi organel-organel penyengat.
e. Tubuh simetri radial.
f. Tubuhnya terdiri dari
kantong dan rongga gastrovaskuler untuk mencerna makanan.
g. Memiliki mulut
sekaligus sebagai anus.
h. Memiliki tentakel yang
berfungsi untuk menangkap mangsanya.
i. Memiliki bentuk tubuh
polip dan medusa (Pandhu, 2010).
2. Klasifikasi
Filum Coelenterata dibagi menjadi empat
kelas yaitu:
a. Kelas Hydrozoa
Hydrozoa berasal dari
kata hydra, artinya hewan yang berbentuk seperti ular. Umumnya berbentuk
soliter atau berkoloni. Soliter berbentuk polip dan koloni berbentuk polip dan
medusa. Lebih sering ditemukan dalam bentuk koloni polip sedankan dalam bentuk
medusa jarang banyak ditemukan. Contohnya Hydra dan Obelia.
(Winarni. 2011).
Bentuk tubuh hydra
seperti polip, dan habitatnya di air tawar. Ukuran tubuhnya 10 mm – 30 mm.
Makananya berupa tumbuhan kecil dan crustacea. Bagian tubuh sebelah bawah
tertutup membentuk kaki gunanya untuk melekat pada objek dan bergerak.
Tentakelnya berfungsi sebagai alat untuk menangkap makanan. Selanjutnya makanan
dicerna dalam rongga gastrovaskuler. Reproduksi secara aseksual dilakukan
dengan cara membentuk tunas. Tunas memiliki epidermis, mesoglea dan rongga
gastrovaskuler. Tunas tersebut akhirnya membesar dan akhirnya melepaskan diri
dari tubuh induknya. Reproduksi seksual terjadi melalui pelebura sel telur dari
ovarium dengan sperma dari testis. Hasil pertemuan sperma dengan ovum ini akan
membentuk zigot yang selanjutnya akan membentuk individu baru. (Winarni, 2011).
1) Hydra
Ciri-ciri khusus yang dimiliki hydra :
- Hydra habitatnya di
air tawar
- Bersifat soliter
- Bentuk menyerupai
silinder yang dapat dipanjang pendekkan
- Berwarna putih dengan
panjang 1-3 mm dan garis tengah 1mm
- Mulut berada diujung
yang disebut ujung oral
- Reproduksi aseksual
dengan membentuk tunas pada sisi tubuh
- Secara seksual diawali
dengan pembentukan ovarium dan testis
- Testis berada di atas
dan ovarium berada di bawah
2) Obelia
Ciri-ciri khusus
obelia:
- Obelia hidup di
perairan laut
- Ada yang bersifat
polyp dan medusa
- Mengalami pergiliran
hidup dalam siklus hidupnya
- Fase polyp Obelia biasa
hidup
berkoloni.
Kelas Hydrozoa terdiri
dari:
- Ordo Hydroida,
contoh: Obelia, Hydroctinia, dan Hydra
- Ordo Milleporina,
contoh: Millepora
- Ordo Stylasterina,
contoh: Stylaslantheca, Hydralimania
- Ordo Stranchylina,
contoh: Craspedacusta sowerbii
- Ordo Siphonopora,
contoh: Physalia pelagic
- Ordo Chondrophora, contoh: Porpita dan Vellela
- Ordo Actinulida,
contoh: Octohydra (Setijanto, 2006).
b. Kelas Schypozoa
Schypozoa berasal dari
bahasa yunani schypo yang berarti mangkok dan zoa yang
berarti hewan. Bentuk serupa medusa dengan tentakel. Mempunyai mesoglea
gelatinosa yang tebal. Rongga pencernaannya membentuk percabangan yang berupa
saluran-saluran, kemungkinan bentuk polip sangat kecil. Sifat kelaminnya
diesius. Semuanya hidup di laut (Suhardi, 1983).
Medusa umumnya
bertahan lebih lama dalam siklus hidup kelas Schypozoa. Medusa dari sebagian
besar spesies hidup diantara plankton sebagai ubur-ubur. Sebagian besar dari
hewan Scypozoa yang hidup di pantai akan melalui tahapan polip kecil selama
siklus hidupnya, tetapi ubur-ubur yang hidup di laut terbuka umumnya tidak
melalui tahapan polip yang sesil.
Ordo pada Scyphozoa
yaitu adalah sebagai berikut:
1) Ordo Stauromedusa
2) Ordo Cubomedusa,
contoh: Chyronex FleckeryL
3) Ordo Coronatae,
contoh: Periphylla
4) Ordo Semaestomae,
contoh: Chrysaora, Aurelia, Cyanea.
5) Ordo Rhyzostomae,
contoh: Cassiopeia dan Rhizost (Campbell,
dkk, 2003).
c. Kelas Anthozoa
Anthozoa berasal
darikata Anthos = bunga, zoon = binatang.
Anthozoa berarti hewan yang bentuknya seperti bunga atau hewan bunga. Anthozoa
dalam daur hidupnya hanya mempunyai polip. Bila dibandingkan, polip Anthozoa
berbeda dengan polip pada Hydrozoa (Sudjadi, 2007).
Kelas Anthozoa
meliputi Mawar Laut (Anemon Laut) dan Koral (Karang).
1) Mawar Laut (Anemon
Laut)
Mawar laut hidup
menempel pada dasar perairan. Pada permukaan mulut mawar laut terdapat banyak
tentakel berukuran pendek, tentakel ini berfungsi untuk mencegah agar pasir dan
kotoran lain tidak melekat sehingga mawar laut tetap bersih. Beberapa contoh
mawar laut : Urticina lofotensis, Anthopleura xanthogrammica, dan Euphyllia,
Glabrescens (Winarni, 2011).
2) Koral (Karang)
Koral atau karang cara
hidupnya berkoloni membentuk massa yang kaku dan kuat. Massa itu sebenarnya
karang kapur yang dibentuk oleh generasi polip. Koral yang sudah mati, rangka
kapurnya akan menjadi batu karang/terumbu. Ada tiga tipe batu karang,yaitu
karang pantai, karang penghalang dan karang atol. Contoh : Anemon laut : Metridium
marginatum, Utricina crasicaris. Karang laut : Astrangia
denae, Tubiphora musica (Sudjadi, 2007).
d. Kelas Cubozoa
Pada tahun 1980,
Cubozoa termasuk dalam golongan Scyphozoa sebagai ordo Cubomedusa atau
Carybdeida atas dasar beberapa persamaan anatomi, fisiologi, dan daur hidupnya.
Namun kemudian merupakan kelas tersendiri karena Cubozoa juga memiliki
persamaan ciri dengan Hydrozoa (Setijanto, 2006).
Medusa Cubozoa
termasuk ubur-ubur sejati karena berukuran besar, pelagis, dan dominan. Lonceng
medusa mempunyai empat sisi datar sehingga bentuknya seperti kubus (Setijanto,
2006 )
Beberapa jenis
Cubomedusa berbahasa bagi penyelam atau perenang laut. Tentakel Cubomedusa yang
mengandung nematocyst yang berbahaya apabila terkena anggota tubuh karena dapat
mengakibatkan borok yang kesembuhannya lambat dan menimbulkan kematian dalam
waktu 3-20 menit (Setijanto, 2006).
F. Phylum Chordata
Berdasarkan kemiripan
tertentu dalam perkembangan embrionik awal, Chordata dikelompokkan sebagai
deuterostomata bersama-sama dengan Echinodermata. Vertebrata membentuk satu
subfilum dalam filum Chordata. Chordata juga meliputi dua subfilum invertebrata
yaitu urchordata dan cephalochordata. Ada 4 ciri khas chordata ini adalah
notokord, tali saraf berlubang, celah faring, dan ekor pascaanus berotot
(Hademenos, 2005).
Ciri spesifik dari
subfilum vertebrata adalah tulang belakang skeletal dan kranium, yang
membungkus sumsum tulang belakang dan otot, sefalisasi (spesialisasi ujung
anterior sistem saraf menjadi otak kompleks yang berasosiasi dengan organ-organ
indera terspesialisasi) berderajat tinggi dan segmentasi otot-otot tubuh
menjadi somit pada satu masa perkembangan (Hademenos, 2005).
Beberapa kelompok
vertebrata diantaranya adalah super kelas pisces (Chondrichthyes,
Osteichthyes), kelas Amphibia, Reptilia, Aves dan Amphibia (Hademenos, 2005).
G. Filum Arthropoda
Diperkirakan bahwa
populasi arthropoda dunia, yang meliputi crustacea, laba-laba, dan serangga,
berjumlah sekitar 1018 individu. Hampir 1 juta spesies Arthropoda telah
dideskripsikan, dan sebagian besar adalah serangga. Keanekaragaman dan
keberhasilan Arthropoda sebagian besar dikaitkan dengan segmentasinya,
eksoskeletonnya yang keras, dan tungkai yang bersendi (Arthropoda berarti “kaki
bersendi”). Kelompok segmen dan anggota badannya telah terspesialisasi untuk
berbagai ragam fungsi. Sebagai contoh, anggota badan secara beragam
dimodifikasi untuk berjalan, makan, dan sebagai reseptor sensoris, kopulasi,
dan untuk pertahanan. Tubuh Arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh kutikula, suatu
eksoskeleton (kerangka eksternal) yang dibangun dari lapisan-lapisan protein
dan kitin. Kutikula itu dapat merupakan pelindung yang tebal dan
keras di atas beberapa bagian tubuh, dan setipis kertas dan fleksibel pada
lokasi lain, seperti persendian. Eksoskeleton akan melindungi hewan dan
menyediakan titik pertautan bagi otot yang menggerakkan anggota badan.
Eksoskeleton yang kaku juga menimbulkan beberapa permasalahan evolusioner.
Sebagai contoh, untuk dapat tumbuh, Arthropoda sewaktu-waktu harus melepaskan
eksoskeletonnya yang lama dan mensekresikan eksoskeleton yang lebih besar.
Proses ini disebut molting, membutuhkan energi dyang sangat banyak dan
meninggalkan hewan tersebut rentan terhadap pemangsa dan bahaya lainnya untuk sementara
waktu. Arthropoda menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya dengan
adanya organ sensoris yang berkembang baik, yang meliputi mata, reseptor
olfaktori untuk penciuman, dan antena untuk sentuhan dan penciuman. Arthropoda
memiliki sistem sirkulasi terbuka (open circulatory system) dimana cairan yang
disebut hemolimfa didorong oleh suatu jantung melalui arteri pendek dan
kemudian masuk ke dalam ruang yang disebut sinus yang mengelilingi jaringan dan
organ. Arthropoda teresterial umumnya memiliki permukaan internal yang
dkhususkan untuk pertukaran gas. Misalnya, sebagian besar serangga memiliki
sistem trakea, saluran udara bercabang yang menuju ke arah bagian dalam dari
pori-pori yang ada pada kutikula.
Atrhropoda terdiri dari 5 kelas utama
yaitu:
1. Arachnida
Tubuh memiliki satu
atau dua bagian utama, enam pasang angota badan (chelicerae, pedipalpus, dan
empat pasang kaki untuk berjalan), sebagian besar adalah hewan darat seperti
laba-laba, kutu, dan tungau.
2. Diplopoda
Tubuh dengan kepala
yang jelas memiliki antena besar dan tiga pasang bagian mulut yang mengunyah,
badan bersegmen dengan dua pasang kaki berjalan per segmen, teresterial, dan
herbivora, seperti: kaki seribu.
3. Chilopoda
Tubuh dengan kepala
yang jelas yang memiliki antena besar dan tiga pasang bagian mulut,
anggota badan segmen tubuh pertama dimodifikasi sebagai cakar
beracun, segmen badan mengandung satu pasang kaki berjalan setiap segmen,
teresterial, karnivora. Contoh: lipan.
4. Crustacea
Tubuh dengan dua atau
tiga bagian; memiliki antena; bagian mulut untuk mengunyah, tiga atau lebih
pasang kaki, sebagian besar adalah hewan laut seperti kepiting, udang galah,
crayfish atau udang karang, dan udang.
5. Insekta (serangga)
Tubuh terbagi menjadi
kepala toraks, dan abdomen; memiliki antena; bagian mulut dimodifikasi untuk
mengunyah, menyedot atau menelan; umumnya memiliki dua pasang sayap dan tiga
pasang kaki, sebagaian besar adalah hewan teresterial.
Insekta terdiri dari beberapa ordo,
diantaranya adalah:
a. Orthoptera
Memiliki dua pasang
sayap bermembran (beberapa tahapan tidak bersayap), mulut untuk mengunyah;
sangat sosial sebagai metamorfosis tak sempurna. Contoh: rayap.
b. Mantodea
Tubuh terbagi menjadi
tiga bagian yaitu: kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen); antena
berbentuk kawat; betina biasanya memiliki abdomen yang lebih besar dibandingkan
dengan yang jantan sebagai metamorfosis tidak sempurna. Contoh: belalang
sembah.
c. Hymenoptera
Memiliki dua pasang sayap bermembran,
kepala dapat bergerak; bagian mulut untuk mengunyah atau penghisap; organ untuk
menyengat pada bagian posterior pada betina; metamorfosis sempurna; banyak
spesies bersifat sosial. Contoh: semut, lebah, tawon.
d. Lepidoptera
Memiliki dua pasang
sayap yang ditutupi dengan sisik kecil; lidah panjang melilit untuk penghisap
sebagai metamorfosis sempurna. Contoh: kupu-kupu, ngengat.
e. Odonata
Memiliki dua pasang
sayap bermembran; bagian mulut untuk menggigit sebagai metamorfosis tak
sempurna. Contoh: Damselfly, capung.
f. Hemiptera
Memiliki dua pasang
sayap (satu pasang sebagian seperti berkulit, satu pasang bermembran); mulut
untuk menusuk dan menyedot sebagai metamorfosis tak sempurna. Contoh: kutu
busuk, assassin bug, bedbug, chinch bug.
g. Diptera
Memiliki satu pasang
sayap dan halter (organ untuk keseimbangan); mulut untuk penghisap, menusuk
atau menelan; metamorfosis sempurna. Contoh: lalat, nyamuk (Campbell
et al. 2005).
H. Super Kelas Pisces
1. Kelas Agnatha (tidak
mempunyai rahang)
a. Hewan kelas ini tidak
mempunyai rahang.
b. Pada zaman dahulu klas
ini mempunyai banyak jenis anggota. Pada masa kini, anggota jenisnya hanya dua
yaitu ”cyclostoma” dan ”lamprey”.
c. Korda dorsalisnya tetap
ada, selama hidupnya. Hanya sebagian saja yang diganti oleh tulang rawan.
d. Hidup secara parasit
pada ikan.
e. Mulutnya bertindak
sebagai batil pengisap untuk melekatkan diri pada tubuhikan, dan memperoleh
makanan dengan mengisap jaringan tubuh ikan yang ditumpanginya
2. Kelas Condrichthyes
(ikan bertulang rawan)
a. Kerangka dari tulang
rawan
b. Celah insang berjumlah
5-7 pasang
c. Kulit tertutupi oleh
dentikel
d. Fertilisasi internal,
individu jantan memiliki clasper. Contoh : ikan hiu dan ikan pari.
3. Kelas Osteichthyes
(ikan bertulang sejati)
a. Kerangka dari tulang
sejati
b. Celah insang tunggal
disetiap sisi dengan tutup insang
c. Jari-jari lemah pada
sirip bersegmen
d. Fertilisasi eksternal.
Contoh : ikan lele, belut, kakap, dan ikan nila
I. Kelas Amphibia
Ciri-ciri amphibia sebagai berikut:
1. Dapat hidup di air dan
di darat ataupun tempat-tempat yang lembab
2. Disebut juga hewan
yang mempunyai tempat hidup (habitat) di dua alam
3. Hewan bernafas dengan
paru-paru dan kulit.
Telur dan berudu katak hidup di air
kemudian setelah dewasa hidup di darat, berudu berbentuk seperti ikan yang
bernafas dengan insang dan kulit, setelah masanya tumbuh kaki yang susut oleh
kehidupan dan akhirnya ekor menghilang sementara itu insang berangsur-angsur
menghilang dan digantikan oleh paru-paru kemudian katak menjadi dewasa.
4. Jantung beruang tiga
yaitu dua serambi dan satu bilik.
5. Berkembang biak dengan
bertelur dan pembuahan sel telur oleh sperma terjadi di luar tubuhnya
(fertilisasi eksternal).
Amphibi dapat dibagi
menjadi beberapa ordo: ordo Apoda (amphibia tidak berkaki tetapi memiliki eko,
contoh: ular), ordo Anura (amphibia tidak berekor tetapi memiliki kaki, contoh:
katak dan kodok), dan ordo wodela / candata (amphibia yang berekor dan berkaki,
contoh: salamander).
J. Kelas Reptilia
Ciri-ciri hewan melata adalah sebagai
berikut:
1. Kulit kering bersisik
dari zat tanduk karena zat keratin
2. Bernafas dengan
paru-paru
3. Berdarah dingin
(poikiloterm) yakni yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan
4. Umumnya bersifat
ovivar (bertelur), contoh kadal, dan vivipar beranak, contohnya ular.
5. Jantung terdiri dari
empat ruang yaitu dua serambi dan dua bilik yang masih belum sempurna.
Reptilia dapat dibagi
menjadi beberapa ordo antara lain: ordo Crocodila (contoh: buaya), ordo
Sphenedontia (contoh : Tuatara), ordo Squamata (contoh: kadal), dan ordo
Testudinata (contoh: kura-kura, penyu dan labi-labi). (Radiopetra, 1996).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan
Bahan
Alat yang dipakai
dalam praktikum lapangan Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II yaitu
:
1. Botol jam (4
buah) 11.
Kamera
2. Amplop
Insecta 12.
Pinset (2 buah)
3. Peralon 13.
Jaring
4. Kertas
label 14.
Clipboard
5. Ember 15.
Kardus tertutup
6. Steroform 16.
Tabel data pengamatan
7. Jarum
pentul 17.
Alat tulis
Sedangkan bahan-bahan
yang dibutuhkan dalam praktikum lapangan Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan
II yaitu :
1. Mika 7.
Alkohol 70% dan 96 %
2. Kapas 8.
Formalin
3. Karet 9.
Eter
4. Plastik 10.
Balsem mentol dragon
5. Kertas
kado 11.
Air laut 125 ml
6. Kertas manila
B. Cara Kerja
1. Persawahan Piyungan
a. Disiapkan alat-alat
yang akan digunakan dalam praktikum di persawahan Piyungan.
b. Alat-alat yang
dibutuhkan adalah plastik, jaring, amplop Insecta, tabel data pengamatan,
clipboard, kamera, alat tulis dan botol jam.
c. Sebelum praktikan
turun ke persawahan, tiap kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda oleh
asisten.
d. Setelah diberikan
arahan oleh asisten, praktikan turun ke persawahan tetap dengan didampingi
asisten.
e. Berbagai jenis
Insecta, Platyhelmntes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, Amfibi dan Reptil yang
akan diamati oleh praktikan di sekitar persawahan.
f. Setelah hewan yang
dicari sudah ditemukan, misalnya jenis Insecta untuk bangsa Lepidoptera dan
Odonata, hewan tersebut diletakkan didalam amplop Insecta yang sudah disiapkan.
Amplop tersebut digunakan untuk mengawetkan bangsa Lepidoptera dan Odonata dan
sayapnya tidak boleh patah. Sedangkan untuk bangsa belalang diletakkan pada
killing bottle (botol ini bertujuan untuk mematikan belalang agar organnya
tidak rusak).
g. Dicatat hewan yang
telah ditemukan di tabel data pengamatan, selain dicatat masing-masing hewan
tersebut difoto.
h. Selanjutnya praktikan
membuat insektarium dengan insekta yang telah ditemui.
2. Pantai Baron
a. Setelah dari
Persawahan Piyungan kemudian dilanjutkan ke Pantai Baron.
b. Sebelum praktikan
turun ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terlebih dahulu dilakukan koordinir dan
arahan / penjelasan dari asisten.
c. Alat-alat yang perlu
dibawa adalah kamera, clipboard, tabel data pengamatan, dan alat tulis.
d. Di Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) yang akan diamati oleh praktikan yaitu tentang beranekaragaman hewan
yang hidup di laut, antara lain Superclass Pisces, Class Molusca dan Class
Crustacea sehingga praktikan lebih jelas dan mengerti tentang berbagai macam
jenis hewan yang hidup di laut sekitar Pantai Baron.
e. Setelah dijelaskan
oleh asisten, praktikan langsung menuju ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
f. Di Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) semua jenis ikan dan hewan laut yang ada harus dicatat namanya oleh
praktikan, Selain dicatat hewan-hewan tersebut juga difoto satu persatu.
g. Bila nama ikan / hewan
yang dilihat tidak diketahui, maka hal tersebut dapat ditanyakan pada penjual
ikan.
3. Pantai Sundak
a. Disiapkan alat-alat
yang akan digunakan untuk praktikum di Pantai Sundak diantaranya ember, pinset,
peralon, tabel data pengamatan, alat tulis, clipboard, dan kamera.
b. Hewan yang akan dicari
di Pantai Sundak ini yaitu berbagai jenis Echinodermata, Chordata, Cnidaria,
Annelida, Porifera, Mollusca dan Crustacea
c. Setelah itu praktikan
turun ke pantai, di tepi pantai peralon diletakkan diatas permukaan air,
kemudian dicatat, digambar serta difoto apa saja yang berada didalam plot
tersebut. Jika hewan diberi tanda huruf dan jika itu jenis alga diberi tanda
angka.
d. Setelah semua data
didapat, data tersebut kemudian ditabulasikan sehingga akan mendapatkan data
yang akurat.
4. Cara Pembuatan Killing
Bottle
a. Disiapkan bahan berupa
botol jam, kapas, kertas manila yang sudah dibuat lingkaran dan dilubangi
seukuran tutup botol jam
b. Selanjutnya dibuka
botol jamp lalu dimasukkan kapas yang sudah dicelupkan dengan eter dan
kloroform ke dalam botol jam.
c. Setelah itu dimasukkan
kertas manila yang sudah dilubangi diatas kapas yang berada didalam botol jamp
d. Kemudian botol ditutup
dan siap digunakan.
5. Cara Pembuatan Kotak
Insectarium dan Insectarium
a. Disiapkan kardus
berserta tutupnya, kertas kado, solatif, gunting, double tip, cutter, kertas
mika, jarum pentul dan steroform.
b. Dibungkus kardus
beserta tutupnya dengan menggunakan kertas kado
c. Lalu diambil kardus
beserta tutupnya kemudian pada tutup kardus bagian tengahnya dilubangi
membentuk persegi. Diambil plastik mika kemudian tempelkan pada lubang tadi.
d. Dimasukkan steroform
seukuran kardus kedalam kardus yang digunakkan untuk meletakan serangga
e. Diambil serangga lalu
diletakkan diatas steroform yang ada didalam kardus.
f. Serangga tersebut
ditusuk menggunakan jarum pentul pada bagian thorax
g. Setelah itu tutup
kardus yang telah berisi serangga tadi
6. Cara Pembuatan Awetan
Basah
a. Disiapkan balsem
mentol dragon, alkohol 96%, air laut 125 ml.
b. Dibuat cairan kristal
mentol untuk dioleskan atau di rendam sebentar pada preparat yang akan di
awetkan
c. Selanjutnya cairan
kristal mentol dibuang dan preparat dicuci sampai bersih.
d. Setelah itu dibuat
larutan pengencer 375 ml. Alkohol 96% + 125 air laut : semua larutan
sampat 500 ml.
e. Disuntikkan larutan
tersebut pada hewan laut.
f. Lalu preparat atau
hewan-hewan laut tersebut direndam dengan larutan di atas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASANA
A. Kemelimpahan Hewan di
Persawahan Piyungan
1. Insecta
Tabel, Diagram
Pengamatan, dan Pembahasan
Hari,
Tanggal : Kamis, 15 Mei
2914 Habitat :Sawah
Lokasi :
Persawahan Piyungan
Tabel Kemelimpahan
Insecta di Persawahan Piyungan
No
|
Nama Spesies (Ordo)
|
Jumlah
|
1
|
Orthoptera
|
+++
|
2
|
Mantodea
|
+++
|
3
|
Hymenoptera
|
+++
|
4
|
Lepidoptera
|
+++
|
5
|
Odonata
|
+++
|
6
|
Hemiptera
|
+++
|
7
|
Diptera
|
+++
|
Diagram Kemelimpahan
Insecta di Persawahan Piyungan
Keterangan
|
|
+ : <15
|
Sedikit
|
++ : 15-30
|
Banyak
|
+++ : >30
|
Melimpah
|
Pembahasan :
Pada tabel dan diagram
kelimpahan Insecta diatas bahwa ordo Orthoptera (belalang), Mantodea
(mantis), Hymenoptera (tawon), Lepidoptera (kupu-kupu), Odonata (capung),
Hemiptera (walang sangit), dan Diptera (lalat,nyamuk) memiliki kelimpahan yang
sama banyak yaitu ditemukan lebih dari 30 spesies ( yang diberi tanda “+++”)
disekitar persawahan Piyungan. Hal ini menunjukkan Habitat sekitar lahan
persawahan di Piyungan merupakan habitat yang masih alami selain itu habitat
yang sangat cocok untuk Insecta dan telah kita ketahui bahwa pada habitat yang
masih alami, keanekaragaman Insectanya tinggi. Selain itu karena dari Insecta
sendiri adalah hewan yang mempunyai jumlah (populasi) terbesar di dunia dan
kemampuan beradaptasi dan bertahan hidup Insecta sangat baik. Serangga
herbivora didominasi dari ordo Hemiptera, Lepidoptera dan Diptera. Hymneoptera
sebagai serangga predator. Ekosistem persawahan yang banyak di dominasi oleh
tumbuhan dengan berbagai jenis yang merupakan penyedia makanan untuk serangga
merupakan alasan utama keberadaan insecta di persawahan Piyungan melimpah.
Selain itu cuaca cerah dan sedikit panas sangat cocok untuk kehidupan serangga.
Namun karena jumlahnya yang melimpah semua anggota ordo ini ada yang memberi
pengaruh baik dan ada yang memberi pengaruh buruk pada areal persawahan.
Misalnya pada ordo Orthoptera (belalang) merupakan hama bagi tanaman, karena
belalang ini merusak tanaman terutama yang masih muda dengan cara menghisap
atau menggerek daun.
2. Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Crustacea, Myriapoda dan Arachnida.
Tabel, Diagram Pengamatan, dan
Pembahasan
Hari,
Tanggal : Kamis, 15 Mei
2014 Habitat:
Sawah
Lokasi :
Persawahan Piyungan
Tabel Kemelimpahan Hewan Dari Phylum Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Crustacea, Myriapoda dan Arachnida di
Persawahan Piyungan
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
1
|
Pila sp.
|
+++
|
2
|
Achatina fulica
|
+++
|
3
|
Pheretima sp.
|
+++
|
4
|
Bivalvi Lumbricus tererstis
|
+++
|
5
|
Kepiting
|
++
|
6
|
Brotia costula
|
++
|
7
|
Kaki seribu
|
+
|
Diagram Kemelimpahan Hewan Dari Phylum
Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Crustacea, Myriapoda dan
Arachnida di Persawahan Piyungan
Keterangan
|
|
+ : <15
|
Sedikit
|
++ : 15-30
|
Banyak
|
+++ : >30
|
Melimpah
|
Pembahasan :
Pada tabel dan diagram
kelimpahan diatas menunjukan bahwa ditemukan melimpahnya lebih dari 30 (yang
diberi tanda “+++”) di areal persawahan Piyungan spesies dari phylum Annelida
dan Phylum Mollusca. Spesies dari Annelida yaitu Pheretima sp.
Dan spesies dari Mollusca yaitu Pila sp, Achatina fulica, Brotia
costula,dan Lumbricus tererstis. Spesies dari Mollusca
lebih banyak ditemukan di area persawahan Piyungan dibandingkan spesies
Annelida. Perbedaan jumlah tersebut karena didaerah persawahan Piyungan
merupakan tempat yang cocok untuk tumbuh beberapa hewan dari Mollusca yaitu
dengan adanya sungai kecil disekitar persawahan yang berisi air dan juga tanah
sekitar persawahan cukup lembab maka dari itu dilihat dari habitat Mollusca yang
dapat dijumpai ditanah yang lembab, Mollusca mampu beradaptasi dengan baik pada
area persawahan. Namun dengan melimpahnya Mollusca di areal persawahan dapat
memberikan pengaruh buruk misalnya bekicot (Achatina fulica) dan keong
sawah (Pila sp.) merupakan hama dari tanaman. Dimana keong sawah (Pila sp.)
akan merusak tanaman sehingga merugikan terutama tanaman yang masih muda
sebelum terdapat bakal biji padi.
3. Amfibi dan Reptil
Tabel, Diagram Pengamatan, dan
Pembahasan
Hari,
Tanggal : Kamis, 15 Mei
2014 Habitat :
Sawah
Lokasi :
Persawahan Piyungan
Tabel Kemelimpahan Amfibi dan Reptil di
Persawahan Piyungan
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
1
|
Fejervarya limnocharis
|
+++
|
2
|
Rana sp. (katak)
|
+++
|
3
|
Eutropis multifasciata (kadal)
|
+++
|
4
|
Bronchocela sp. (bunglon)
|
++
|
5
|
Ptyas korros (ular)
|
+
|
6
|
Draco volans (cleret gombel)
|
+
|
7
|
Bufo sp. (kodok)
|
++
|
8
|
Hemidactylus frenatus (cicak)
|
+
|
Diagram Kemelimpahan Amfibi dan Reptil
di Persawahan Piyungan
Keterangan
|
|
+ : <15
|
Sedikit
|
++ : 15-30
|
Banyak
|
+++ : >30
|
Melimpah
|
Pembahasan :
Pada diagram
kelimpahan kelas reptil dan amphibi diatas dapat dilihat bahwa jumlah spesies
yang melimpah adalahFejervarya limnocharis, Rana sp
dan Eutropis multifasciata dengan jumlah yang lebih dari 30
(yang diberi tanda “+++”). Spesies yang banyak dengan jumlah 15 sampai 30 (yang
diberi tanda”++”) yaitu Bufo sp dan Bronchocela sp.
Spesies yang sedikit adalah Ptyas korros, Draco volans, dan Hemidactylus
frenatus dengan jumlah kurang dari 15 (yang diberi tanda “+”). Di
persawahan Piyungan lebih banyak ditemukan spesies dari kelas reptil
faktor yang menyebabkan perbedaan jumlah spesies tersebut karena diareal
persawahan piyungan kurang meratanya penyebaran air dan air yang mengalir hanya
sedikit bahkan hampir mengering atau habis sehingga tempat tersebut kurang
cocok untuk amfibi yang pada dasarnya adalah berhabitat ditempat yang basah
atau berair dan lembab sehingga kelas reptil yang lebih dapat beradaptasi
ditempat yang bersuhu panas karena tubuh reptil memiliki adaptasi morfologi
dengan lingkungan panas serta tubuh reptil juga memiliki kulit yang keras
tersusun dari bahan tanduk, selain itu juga di karenakan pengamatan di lakukan
pada musim kemarau. Kelas reptil ini biasanya memakan serangga, jadi terdapat
kemungkinan Eutropis multifasciata ( kadal ) juga
memakan serangga yang bersifat merugikan bagi tanaman.
Kemelimpahan Hewan di
Pantai Baron
1. Pisces
Tabel, Diagram Pengamatan, dan
Pembahasan
Hari,
Tanggal : Kamis, 15 Mei
2014 Habitat
: Laut
Lokasi :
Pantai Baron
Tabel Kemelimpahan Pisces di Pantai
Baron
No
|
Nama spesies
|
Jumlah
|
1
|
Bandeng
|
+++
|
2
|
Banyar
|
+
|
3
|
Bawal
|
+++
|
4
|
Bawal Hitam
|
+++
|
5
|
Bawal laut
|
++
|
6
|
Bawal Putih
|
+++
|
7
|
Bulat
|
+
|
8
|
Cakalang
|
++
|
9
|
Dawaja
|
++
|
10
|
Ekor Kuning
|
+++
|
11
|
Gabus
|
+
|
12
|
Giti
|
+
|
13
|
Hiu
|
+
|
14
|
Jambal
|
+++
|
15
|
Kakap
|
++
|
16
|
Kakap 3 Wajah
|
+++
|
17
|
Kakap Batu
|
+
|
18
|
Kakap Besar
|
+
|
19
|
Kakap betok
|
++
|
20
|
Kakap Hitam
|
++
|
21
|
Kakap Mata Belo
|
+++
|
22
|
Kakap Merah
|
+++
|
23
|
Kakap Putih
|
+++
|
24
|
Kembung
|
++
|
25
|
Kerapu
|
+++
|
26
|
Keting
|
++
|
27
|
Kue (mubera)
|
+
|
28
|
Laura
|
++
|
29
|
Layur
|
+++
|
30
|
Lele Laut
|
+++
|
31
|
Lemadang
|
+
|
32
|
Lemu
|
+
|
33
|
Lidah
|
+
|
34
|
Manyur/Keting
|
++
|
35
|
Mata Sebelah
|
+
|
36
|
Mubara
|
+
|
37
|
Nila
|
+
|
38
|
Pari
|
+
|
39
|
Patin
|
++
|
40
|
Salem
|
++
|
41
|
Salmon
|
+++
|
42
|
Sambal
|
+
|
43
|
Sebelah
|
+
|
44
|
Sidat
|
+
|
45
|
Siung
|
+
|
46
|
Surung
|
+
|
47
|
Tenggiri
|
++
|
48
|
Timun
|
++
|
49
|
Tongkol
|
+++
|
50
|
Tuna
|
+++
|
51
|
Uniran
|
+++
|
Diagram Kemelimpahan Pisces di Pantai
Baron
Keterangan
|
|
+ : <15
|
Sedikit
|
++ : 15-30
|
Banyak
|
+++ : >30
|
Melimpah
|
Pembahasan :
Berdasarkan tabel dan
diagram kemelimpahan superkelas Pisces yang di peroleh di Pantai Baron yang di
ambil di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) banyak ditemukan berbagai spesies ikan.
Spesies ikan yang melimpah dengan jumlah lebih dari 30 (diberi tanda “+++”)
diantaranya ikan bandeng, ikan bawal, ikan bawal hitam, ikan bawal putih, ikan
ekor kuning, ikan jambal, ikan kakap 3 wajah, ikan kakap mata belo, ikan kakap
merah, ikan kakap putih, ikan kerapu, ikan layur, ikan lele laut, ikan salmon,
ikan tongkol, ikan tuna, ikan uniran. Spesies ikan yang banyak dengan jumlah 15
sampai 30 (diberi tanda “++”) diantaranya ikan bawal laut, ikan cakalang, ikandawaja, ikan kakap, ikan kakap betok, ikan kakap hitam, ikan
kembung, ikan keting, ikan laura, ikanmanyur/keting, ikan patin, ikan salem, ikan tenggiri,
dan ikan timun. Dan spesies ikan yang sedikit dengan jumlah kurang dari 15
(diberi tanda”+”) diantaranya ikan banyar, ikan bulat, ikan gabus , ikan giti ,
ikan hiu, ikan kakap batu, ikan kakap besar, ikan kue (mubera), ikan lemadang,
ikan lemu, ikan lidah, ikan mata sebelah, ikan mubara, ikan nila, ikan pari,
ikan sambal, ikan sebelah, ikan sidat, ikan siung, dan ikan surung. Banyaknya
berbagai spesies ikan yang ditemukan karena memang di daerah Pantai Baron ini
sangat melimpah untuk anggota superkelas Pisces. Karena siklus hidupnya yang
sangat cepat dan mudah dalam memperoleh makanan di perairan laut. Hal ini
disebabkan karena ikan laut memiliki habitat di air laut. Selain itu, ikan laut
memiliki keanekaragaman yang sangat besar mulai dari ikan yang bertulang rawan
sampai ikan yang bertulang sejati. Melimpahnya ikan khususnya ikan kakap karena
biasanya ikan ini menghuni perairan antara 10 – 60 meter kedalaman laut dan
dapat ditemui diseluruh perairan Indonesia. Tempat yang menjadi favorit untuk
persembunyiannya adalah batu karang. Bahkan ditempat itu pula ikan kakap mampu
berkembang biak dengan banyak dan mencari makan sehari-hari. Sedangkan
sedikitnya ditemukan ikan khususnya ikan pari di pantai Baron karena ikan pari
mempunyai variasi habitat yang sangat luas dengan pola sebaran yang unik.
Sebaran ikan pari adalah perairan pantai dan terkadang masuk ke daerah pasang
surut dan laut dalam sehingga ikan pari jarang ditemukan.
2. Crustacea
Tabel, Diagram Pengamatan, dan
Pembahasan
Hari,
Tanggal : Kamis, 15 Mei
2914 Habitat :
Laut
Lokasi :
Pantai Baron
Tabel Kemelimpahan Crustacea di Pantai
Baron
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
1
|
Lobster
|
+++
|
2
|
Udang dogol
|
+++
|
3
|
Udang jegul
|
+++
|
4
|
Udang merah
|
+++
|
5
|
Udang rebung
|
+++
|
6
|
Kepiting
|
++
|
7
|
Undur-undur laut
|
+++
|
8
|
Ranjau
|
++
|
Diagram Kemelimpahan Crutacea di Pantai
Baron
Keterangan
|
|
+ : <15
|
Sedikit
|
++ : 15-30
|
Banyak
|
+++ : >30
|
Melimpah
|
Pembahasan :
Pada tabel dan diagram
diatas spesies Crustacea yang di peroleh di Pantai Baron yang di ambil di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yaitu lobster, udang dogol, udang jegul, udang
merah, udang rebung, dan undur-undur laut ditemukan dalam jumlah yang melimpah
yaitu dengan jumlah lebih dari 30 (diberi tanda “+++”).
Sedangkan kepiting dan ranjau ditemukan dalam level banyak yaitu
berkisar 15 sampai 30 (diberi tanda “++”). Melimpahnya lobster dan jenis udang
di pantai Baron karena habitan mereka di bebatuan dan karang laut yang memang
banyak di pantai Baron.
3. Mollusca
Tabel, Diagram Pengamatan, dan
Pembahasan
Hari,
Tanggal : Kamis, 15 Mei
2914 Habitat :
Laut
Lokasi :
Pantai Baron
Tabel Kemelimpahan Molusca di Pantai
Baron
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
1
|
Cypraea sp.
|
+
|
2
|
Cumi-cumi
|
+++
|
3
|
Sotong
|
+++
|
Diagram Kemelimpahan Mollusca di Pantai
Baron
Keterangan
|
|
+ : <15
|
Sedikit
|
++ : 15-30
|
Banyak
|
+++ : >30
|
Melimpah
|
Pembahasan :
Pada tabel dan diagram
diatas spesies dari Mollusca yang di peroleh di Pantai Baron yang di ambil di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ditemukan cumi-cumi dan sotong dengan jumlah yang
melimpah yaitu lebih dari 30 (diberi tanda “+++”), dan Cypraea sp dengan jumlah
yang sedikit yaitu kurang dari 15 (diberi tanda “+”).
Pantai Sundak
Tabel, Diagram Pengamatan, dan Pembahasan
Hari, Tanggal :
Kamis, 15 Mei
2914 Habitat : Laut
Lokasi : Pantai Sundak
Tabel Kemelimpahan Hewan Dari Berbagai Phylum di Pantai
Sundak
No
|
Phylum
|
Nama
Spesies
|
Jumlah
|
1
|
Echinodermata
|
Ophiocoma sp.
|
+++
|
Echinus sp.
|
+++
|
||
Cucumaria frondosa (teripang)
|
+
|
||
Ophiopholis sp.
|
|||
2
|
Chordata
|
Anguilla sp. (sidat)
|
++
|
Cnidaria
|
Acropora sp.
|
++
|
|
Favites sp.
|
++
|
||
Meandrina sp.
|
+
|
||
Murex sp.
|
+++
|
||
3
|
Annelida
|
Nereis sp.
|
+++
|
4
|
Porifera
|
Spongia sp.
|
+
|
Mollusca
|
Cypraea sp.
|
+++
|
|
Kerang
|
+++
|
||
Turbo sp.
|
+++
|
||
Conus sp.
|
+++
|
||
Corbicula sp. (kerang mutiara)
|
++
|
||
Trochus sp.
|
+
|
||
Chiton sp.
|
+
|
||
5
|
Crustacea
|
Ecylla sp. (kepiting)
|
+++
|
Lobster
|
+
|
Diagram Kemelimpahan Hewan Dari Berbagai
Phylum di Pantai Sundak
Keterangan
|
|
+ :
<15
|
Sedikit
|
++ :
15-30
|
Banyak
|
+++ : >30
|
Melimpah
|
Pembahasan :
Pada tabel dan diagram kemelimpahan di
pantai Sundak ditemukan ada 7 phylum yaitu: Echinodermata
sebanyak 4 spesies, Chordata sebanyak 1 spesies, Cnidaria sebanyak 4 spesies,
Annelida sebanyak 1 spesies, Porifera sebanyak 1 spesies, Mollusca sebanyak 7
spesies dan Crustacea sebanyak 2 spesies. Terlihat bahwa spesies yang paling banyak
ditemukan adalah phylum Mollusca ada 7 spesies. Pada phylum
Mollusca ada beberapa spesies yang mampu
hidup di laut yang di temukan melimpah dalam jumlah lebih dari 30 (diberi
tanda”+++”) seperti : Cypraea sp, Kerang, Turbo sp, danConus sp. Dan ditemukan dalam jumlah
banyak yaitu 15 sampai 30 (diberi tanda “++”) seperti Corbicula sp. (kerang mutiara) serta dalam
jumlah sedikit yaitu 1 sampai 15 (diberi tanda “+”) seperti Trochus sp. dan Chiton sp. Sedangkan spesies yang paling
sedikit adalah phylum Porifera hanya 1 spesies dengan jumlah kurang dari 15
yaitu Spongia sp. Porifera sedikit ditemukan
karena habitatnya melekat pada dasar perairan sehingga saat pengamatan tidak
banyak ditemukan, dikarenakan pengamatan hanya dilakukan dipinggiran pantai.
Sedangkan phylum Mollusca ditemukan paling banyak karena Mollusca dapat ditemukan
dilingkungan yang berbeda.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan
di areal persawahan Piyungan, Pantai Baron, dan Pantai Sundak dapat disimpulkan
bahwa :
1. Di persawahan piyungan terdapat hewan kelas insekta yang
sangat melimpah di bandingkan dengan kelompok hewan lainnya. Hal tersebut di
sebabkan karena dari insekta sendiri adalah hewan yang mempunyai jumlah
(populasi) terbesar di dunia. Persawahan piyungan merupakan habitat yang sangat
cocok untuk serangga karena mampu untuk bearadaptasi dan kemampuan untuk hidup
dengan baik.
2. Dipantai baron terdapat hewan yang melimpah yaitu pada
super kelas pisces. Hal ini di karenakan air laut memang merupakan habitat dari
ikan itu sendiri.
3. Di Pantai Sundak terdapat keanekaragaman dari phylum
Echinodermata, Chordata, Cnidaria, Annelida, Porifera, Mollusca dan Crustacea.
4. Suatu ekosistem terdapat suatu keanekaragaman.
Melimpahnya suatu keanekargaman tergantung dari ketersediaan makanan, kondisi
ketahanan lingkungan makhluk hidup di habitatnya.
..........................
PROPOSAL SURVEI BIODIVERSITAS PADA HUTAN DI AREAL
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT SAMPOERNA AGRO OGAN KOMERING ILIR, SUMATERA SELATAN.
..................................
Jaringan Konservasionis Muda Indonesia
..........................
Yunus Gunawan
2015-07-01
Bambang Heriyanto
2013-08-01
Wahyu Hidayat
2014-04-01
Danang Wahyu Purnomo
2015-12-01
Donan Satria Yudha
2015-12-01
Damayanti, Annisa Dwi
Kurniawan, Dominika Chandra
2011-01-01
Wasitohadi Wasitohadi
2004-06-01
Dewi Sabita Slamet
2012-11-01
Dewi Sabita Slamet; Komari Komari;
Ubaidillah Ubaidillah
2012-01-01
Gendrowahyuhono Gendrowahyuhono;
Suharjo Hardjosworo; Suharyono Suharyono; Mulyono Adi; Joko Yuwono; Merryani
Girsang
2012-01-01
Gendrowahyuhono Gendrowahyuhono
2012-09-01
Ristiyanto -
2011-12-01
SITINJAK, EBENEZER
2015-01-01
S. Soewondo; B. Abednego; A. Pekerti;
Karyadi, D.
2012-01-01
Afifuddin
2008-01-01
Rosihan Anwar
2009-01-01
Jaya, Andi Kresna
2014-01-01
NURHAYATI, TUTI
2012-01-01
S. Soewondo
2012-11-01
..................
........................
Ular Langka Asli Indonesia ini Kembali Muncul Setelah 80
tahun
............................
KEANEKARAGAMAN BRYOPHYTA DI
PEMANDIAN AIR PANAS TAMAN
.........................
KEANEKARAGAMAN HERPET DI HUTAN
KECAMATAN KENCUR
.........................
JURNAL STUDI KEANEKARAGAMAN ORDO
MAMMALIA DI PASAR BURUNG BRATANG SURABAYA
......................